Ilustrasi Pertempuran (bukan foto sebenarnya) | Net |
KaliandaNews.com mencoba mencari tahu, karena dinilai penting untuk kami sebagai generasi muda, agar semangat perjuangan para pahlawan pada masa itu, dapat pula dirasakan generasi muda kekinian, sekaligus sebagai motivasi para penerus bangsa dalam melanjutkan pembangunan.
Senin, 21 Maret 2016, KaliandaNews.com, bertandang ke Kantor camat Kalianda, dan bertemu dengan Sekretaris Camat Kalianda Erdiyansyah, untuk menanyakan ikhwal peristiwa tersebut, dan kebetulan Kecamatan Kalianda saat ini memiliki Arsip berupa photocopian Naskah Sejarah Perjuangan Daerah Kalianda pada Masa Perang Kemerdekaan ke Dua Tahun 1949.
Menurut pria berkaca mata ini, kaum muda harus tahu, sebab peristiwa ini sangat penting, dan satu-satunya pertempuran sengit di Kota Kalianda setelah Kemerdekaan 1945.
“Generasi muda harus tahu, betapa para pejuang kita dulu tanpa lelah mengorbankan segalanya untuk mempertahankan kemerdekaan, sekarang kita hidup enak” ujar Erdi.
Erdi pun berharap kepada generasi muda, agar dapat mencontoh apa yang para pahlawan perjuangkan dahulu.” Dahulu para pejuang kita dengan semangatnya mengorbankan harta hingga darah demi kemerdekaan, nah sekarang seharusnya generasi muda dapat meneruskannya dengan perbuat hal-hal yang postif dan bermanfaat, contoh kecilnya jangan mengkonsumsi narkoba, karena jika mengkonsumsi narkoba, bisa hancur bangsa ini”
Ketika ditanya tentang peristiwa pertempuran 21 Maret 1949 dan pertempuran 9 Agustus 1949, Erdi mengatakan, jika menurut naskah, itu pertempuran yang sangat luar biasa, kita bisa merasakan betapa heroik mereka, jadi sangat –sangat pantas jika salah satu Pahlawan kita yakni Kol. Makmun Rasyid diabadikan namanya menjadi jalan di Kota Kalianda, mengingat jasanya begitu besar bagi kota ini” pungkas Erdi.
Kaliandanews.com pun meminta ijin untuk mengcopy Naskah Sejarah Perjuangan Daerah Kalianda pada Masa Perang Kemerdekaan ke Dua Tahun 1949, dengan senang hati Sekretaris Kecamatan Kalianda ini pun mengijinkan kami untuk mengcopynya.
**
Berikut Kisah : PERTEMPURAN SELAMA LIMA JAM DI KALIANDA berdasarkan Naskah Sejarah Perjuangan Daerah Kalianda pada Masa Perang Kemerdekaan ke Dua Tahun 1949.
PERTEMPURAN SELAMA LIMA JAM DI KALIANDA
Tanggal 21 MARET 1949, Penyerangan Tentara Belanda Atas Ibukota Kalianda
Pada tanggal 20 maret 1949 jam 23.00 WIB. Belanda mendaratkan tentaranya, kurang lebih 50 orang tentara angkatan laut belanda (K.L) yang semuanya bersenjata otomatis di Pantai Masin (sekitar 4 KM sebelah utara Kalianda).
Aksi pendaratan pasukan Belanda tersebut langsung di ketahui oleh para pejuang Kota Kalianda, mereka pun siaga penuh untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda untuk mempertahankan kota. Sehingga akhirnya pda hari Senin, tangal 21 maret 1949 jam 01.30 WIB dini hari, pertempuran sengitpun terjadi di Kampung Karang Agung, didaerah sebelah jembatan wayurang ( Sekitar 700 Meter dari Pasar Kalianda).
Saat itu, Pertempuran dipimpin langsung oleh Komandan Pasukan 114 Sektor XIX-STL Letnan Muda Makmun Rasyid, beserta komandan-komandan regu Sersan Hidup, Murad, Yusuf, Rohani, Ibnu Hasyim, Karim dan lain-lain. Dengan semangat menyala-nyala, pasukan TNI dan Laskar, bertempur mati-matian menghadapi tentara Belanda yang bersenjata modern dan serba otomatis. Suasana dini hari itupun sangat mencekam.
Jam 03.30 WIB. Tentara Belanda dapat maju sampai Way Kiyai (200 Meter dari Pasar Kalianda). Pertempuran berlangsung terus sampai jam 05.00 WIB. Pertempuran berkobar lagi di kampung karet, di simpang tiga pasar kalianda, dan di pantai bawah Pasar kalianda.
Sayang karena Pasukan pejuang (TNI) kalah persenjataan pada Jam 06.30 WIB. Kota Kalianda dapat diduduki Belanda, lalu Pasukan TNI mundur keluar kota untuk melakukan perjuangan secara gerilya. Sepeninggalan pasukan TNI, Pasukan Belanda mengadakan penggeledahan di tiap-tiap rumah, selain melakukan penggeledahan, pasukan Belanda juga merampok barang-barang dari rumah-rumah yang di tinggalkan penduduk, lalu diangkut ke pelabuhan (Bom Kalianda).
Jam 12.00 WIB. Sebuah kapal motor Belanda datang merapat di pelabuhan kalianda. Pasukan musuh (Belanda) meninggalkan kota kalianda beserta barang-barang rampasannya, dengan kapal motor dan beberapa perahu panjang.
Dalam pertempuran sengit yang terjadi di Kalianda tersebut, telah gugur dari pihak pejuang sebanyak 12 orang dan 2 orang luka parah, sedangkan dari pihak belanda ditaksir 9 orang tewas dan 11 orang luka-luka. Pihak yang terluka ialah Juwaher dan Sappot.
Adapun nama-nama dari pahlawan Kota Kalianda yang gugur ialah:
- IBNU HASYIM Sersan Mayor CPM
- TOYIB Kopral Angkatan Laut
- DERANI Prajurit 1 Anumerta
- YUSUF Prajurit 1 Anumerta
- UMAR Prajurit 1 Anumerta
- ABIDIN Prajurit 1 Anumerta
- LEKOK Prajurit 1 Anumerta
- AMIN Prajurit 1 Anumerta
- HARIS Prajurit 1 Anumerta
- ISYA Prajurit 1 Anumerta
- HUSIN Prajurit 1 Anumerta
- SULAIMAN Prajurit 1 Anumerta
Keterangan tambahan
Para pahlawan yang gugur ini pada mulanya dimakamkan di dua tempat, yaitu sebagian dimakamkan dimakam pahlawan Kesuma Bangsa dan sebagian dimakamkan didekat Pantai Way Kiyai Kalianda.
Pada Tanggal 10 Nopember 1963 para pahlawan yang dimakamkan didekat Pantai way kiyai dipindahkan/dimakamkan kembali di makam pahlawan Kesuma Bangsa Kalianda dengan upacara Militer, yang dihadiri oleh Korem Gatam/Kodim Lampung Selatan yang diwakili oleh Mayor Syohmin (Kastaf Kodim Lampung selatan).
Perlu dijelaskan bahwa untuk laskar-laskar yang gugur ini. Dengan Surat Keputusan dari panglima/Komando Brigade Sumatera Selatan termasuk Jambi, tertanggal 17 september 1957 (Letkol Bambang Utoyo), telah diangkat menjadi Prajurit Anumerta.
Pada tanggal 9 Nopember 1987, untuk ke-2 kalinya kerangka jenazah para pahlawan ini di pindahkan (dimakamkan kembali ke makam Pahlawan yang baru, yang terletak di dekat lapangan Raden Intan.
PERTEMPURAN 9 AGUSTUS 1949
Pada tanggal, Tanggal 9 agustus 1949 jam 08.00 WIB, Pasukan Belanda datang kembali untuk yang kedua kalinya. Pada saat itu ada sebuah kapal motor dan sebuah perahu kolek dalam keadaan kosong kira-kira 200 Meter di depan pelabuhan kalianda. Melihat keadaan tersebut diduga pendaratan telah berlaku di Teluk Belantung (sekitar 8 Km Sebelah utara Kalianda).
Menyadari Pasukan Belanda telah mendarat secara diam-diam, Komandan sektor 1 pertahanan kalianda, Letnan Muda Makmun Rasyid segera mengambil langkah-langkah cepat dengan mengadakan persiapan dan kesiap-siagaan penuh dengan menempatkan pasukan pada garis pertahanan di bagian utara Kota Kalianda, pada garis pantai barat dan pelabuhan sekitar kantor Asrama (XP 1166).
Benar saja pada Jam 09.45 WIB, terjadi kontak senjata musuh dengan regu MURAD yang bertahan di Utara (Way Kiyai kampung Karety XP 1166).
Melihat gerak maju musuh dengan persenjataan lengkap, para pejuang yang di pimpin Komandan pasukan 144 Komandan Sektor 1 Kalianda, Letnan Muda Makmun Rasyid memerintahkan semua regu untuk mundur ke arah selatan luar kota daerah Pematang (XP 1466), hal tersebut dilakukan untuk menghindari pertempuran dalam kota yang bisa saja menelan korban yang lebih banyak dari pihak sipil.
Hingga tanggal 10 Agustus 1949 pagi, seluruh pasukan tetap bertahan didaerah Pematang (induk pasukan) dan beberapa regu didaerah kesugihan, sedangkan Pasukan Belanda tetap berada dalam kota.
Namun, Tanggal 10 Agustus 1949 jam 08.00 WIB, tentara belanda telah menyerang kedudukan TNI di Kampung Pematang, Untuk menghindari jangan sampai terjadinya pertempuran didalam kampung, regu-regu mundur ke arah selatan kampung, disekitar kaki (lereng) Gunung Rajabasa untuk melakukan perjuangan secara gerilya, mengingat terbatasnya persenjataan dan peluru pihak pejuang.
Belanda terus menghujani arah mundurnya pasukan-pasukan TNI/laskar dengan tembakan senjata otomatis, dengan gencar dan membabi buta tanpa ampun.
Didalam kampung Pematang sendiri, Pasukan Belanda mengadakan tindakan –tindakan yang sangat kejam, mengadakan penggeledahan dirumah-rumah penduduk dengan alasan mencari sisa-sisa Laskar/TNI yang tertinggal (Bersembunyi), tetapi sambil mengambil barang-barang berharga dari rumah rakyat.
Dua orang kampung yang akan menyingkirkan diri (bernama Djaya bin Hi. Djafar dan Djaya bin Harun)., ditembak mati, dengan tuduhan sebagai Laskar yang melarikan diri, dan barang yang mereka bawa dirampas. Tentara Belanda selanjutnya meneruskan gerakannya Keliling Marga Legun, melalui kampung sukaratu, Way Kuyung, kedaton dan kembali ke kalianda.
Tanggal 9 Agustus 1949, jam 19.00, seluruh pasukan/regu TNI/ Laskar masuk kembali ke kampung Pematang dan Kecapi.
Tanggal 10 hingga 11 agustus 1949, seluruh pasukan pertahanan kalianda berada didaerah Desa Kuripan sesuai dengan perintah pimpinan waktu itu, guna mengadakan konsultasi.
Disaat yang bersamaan, tentara Kerajaan Belanda telah menduduki kota kalianda, dan sedang merencanakan pembentukan susunan Pemerintah Civil T.B.A (Territorial Bestuur Administrasi/ Ambertanen)
Dalam keadaan yang serba membingungkan dan tak menguntungkan akhirnya pada tanggal 11 Agustus 1949 terjadilah peralihan pimpinan utama kepada wakil pimpinan.
Selanjutnya Letnan Muda Kolonel Makmun Rasyid, selaku pimpiman pasukan pertahanan yang telah menerima penyerahan pimpinan, dengan seluruh pasukan yang loyal, bertekad untuk terus melanjutkan perlawanan dengan meninggalkan Desa Kuripan menuju arah kaki gunung Rajabasa, melewati daerah Umbul Taman, Simpur, Salak, Liman Mati dan berakhir pagi hari menjelang subuh didaerah Juang Way Peros, yang selanjutnya menjadikan tempat tersebut sebagai markas (pos) dari Badan perjoeangan (staf pertahanan darurat) daerah Kalianda.
Dari daerah Way Peros lah pasukan pertahanan menyusun kembali kesatuan yang sempat terpecah sambil memantau perkembangan selanjutnya. Para pejuang bertekad untuk terus berjuang sampai darah penghabisan.
Di salin dari buku “Naskah Sejarah Perjuangan Daerah Kalianda pada Masa Perang Kemerdekaan ke Dua Tahun 1949” dengan sedikit perubahan tulisan seperlunya tanpa menghilangkan maknanya.
Diterbitkan pada tanggal 10 Nopember 1987
Disusun oleh : Sersan Purn. TNI. Harun Rasyid (Mantan Anggota Staf Pasukan 114/Sektor XIX-STL.)
EmoticonEmoticon