Bapurao | Foto: Newsx |
"Saya pulang kerja hari itu di bulan Maret dan saya hampir menangis," kata Tajne kepada The Times of India. "Saya memutuskan tidak akan lagi meminta air kepada orang lain. Saya lalu pergi ke Malegaon (kota terdekat) dan membeli peralatan. Dalam waktu sejam saya mulai menggali." kata dia, seperti dilansir situs The Huffington Post, Senin (16/5).
Tajne hanyalah kuli miskin dan dia tidak bisa menggali sumur sepanjang waktu karena harus bekerja. Dia lalu rajin bangun pagi dan menggali sumur selama beberapa jam sebelum pergi bekerja. Setelah itu dia akan menggali lagi sepulang bekerja. Dia mengatakan memilih tempat menggali itu berdasarkan instingnya.
"Saya berdoa terus kepada Tuhan sebelum mulai menggali, Saya bersyukur akhirnya usaha saya terbayar." Tajne akhirnya menemukan air setelah menggali sumur selama 40 hari tanpa henti.
Selama menggali dia kerap mendapat cemoohan warga desa, bahkan istrinya sendiri, karena orang tahu dia tidak pernah menggali sumur sebelumnya. Mereka mengejek dia dan menganggapnya gila, stres. Apalagi tiga sumur lain di desa itu sudah kering.
"Saya disepelekan oleh keluarga dan warga, tapi saya tetap tekun," kata Tajne. Dia terus menggali dan menggali selama enam jam sehari, sampai menemukan air.
Menurut laporan koran the Guardian, 330 juta penduduk Negeri Sungai Gangga menderita karena bencana kekeringan kali ini. Tapi masalah ini teratasi di desa Tajne. Begitu dia menemukan air, dia mengajak setiap orang di desanya mengambil air minum dari sumur, meski orang-orang itu sebelumnya mengejek dia.
"Orang yang mengejek usaha saya datang ke sumur dan mengambil air," ujar Tajne.
Istri Tajne mengatakan dia menyesal sudah meragukan kemampuan suaminya.
"Saya tidak membantunya sedikit pun. Tapi kini seluruh keluarga membantu dia menggali sumur lebih dalam," kata istri Tajne. (**)
EmoticonEmoticon